Sejarah Daun Kelor di Dunia dan Indonesia
Kamis, 10 April 2025

Iklan Semua Halaman

Sejarah Daun Kelor di Dunia dan Indonesia

Sunday, July 14, 2019
Sejarah Daun Kelor - Menurut sejarahnya, tanaman kelor mulai digunakan sekitar 2000 tahun sebelum masehi atau 5000 tahun yang lalu di India Utara. Orang-orang di daerah itu menggunakan kelor sebagai ramuan obat.

Kelor, Limaran (Jawa), Moringa Oleifera (Latin) adalah jenis tanaman yang diperkirakan berasal dari Agra dan Oudh, yang terletak di Himalaya (India). Istilah 'Shigon' untuk merujuk pada Moringa ditulis dari awal Alkitab dalam buku 'Shushruta Sanhita'.

Sejarah Daun Kelor di Dunia dan Indonesia

Ada bukti bahwa daun kelor sejak ribuan tahun yang lalu telah dibudidayakan di India. Masyarakat India kuno sudah tahu bahwa biji kelor mengandung minyak nabati dan digunakan untuk pengobatan. Tanaman ini memiliki ketinggian hingga 7-11 meter.


Daunnya adalah senyawa berukuran kecil berbentuk oval dalam satu senyawa. Bunganya berwarna putih agak kekuningan dan batangnya berwarna hijau. Bunga-bunga selalu keluar sepanjang tahun dengan aroma harum. Sedang buah segitiga berbentuk memanjang.

Selain India, beberapa negara dengan peradaban maju juga mengenal tanaman kelor sejak ribuan tahun lalu, meski dengan tujuan berbeda. Selama berabad-abad, tanaman kelor telah dibawa ke berbagai daerah, mulai dari daerah semi tropis hingga daerah tropis.

Kelor sekarang dikenal di 86 negara dengan 210 nama yang berbeda, termasuk: pohon lobak kuda, pohon stik drum, pohon benzolive, marango, mlonge, moonga, mulangay, nebeday, saijhan, dan sajna atau ben oil tree.

Ada juga sebutan berdasarkan manfaatnya yang luar biasa, misalnya sahabat ibu, sayur ajaib, dan pohon ajaib. Namun, hampir semua dari mereka setuju dengan nama belakang, yang merupakan pohon ajaib, karena manfaatnya yang luar biasa.
Kelor di Indonesia
Di Indonesia, masih banyak orang yang merasa sulit melepaskan diri dari belenggu daun mitis magis. Di desa, di mana orang percaya bahwa jika ada orang yang sakit dan berbohong untuk waktu yang lama tetapi tidak juga mati, maka orang itu diduga memiliki kekuatan tertentu yang harus dikeluarkan dari tubuhnya.

Untuk membantu melepaskan kekuatannya, biasanya orang tersebut disapu dengan daun kelor sampai akhirnya dia bisa mati dengan damai. Ketika tubuh dimandikan, orang tersebut juga diseka lagi dengan daun kelor agar bersih dari semua makhluk dan benda-benda mistis yang masih melekat pada tubuh.

Begitu kuatnya mitos rakyat Indonesia (bagian dari populasi Jawa), ada kepercayaan bahwa jika ada yang kesulitan dipengaruhi oleh kekuatan 'sabetan' daun kelor, maka kekuatannya akan hancur.

Faktor sosial budaya sangat mempengaruhi konsumsi daun ini yang biasanya hanya digunakan sebagai bahan pakan ternak, sehingga ada pandangan yang lebih rendah dari tanaman ajaib ini. Sangat sedikit orang menggunakan daun kelor sebagai sayuran.

Bahkan jika digunakan hanya memanfaatkan buah yang diproses sebagai sayuran. Ini berdampak pada 'tabu' untuk memanfaatkan khasiat daun kelor untuk kesehatan.